Kami Putera dan Puteri INDONESIA !!!

Kami Putera dan Puteri INDONESIA !!!

Read More

INTEGRITY !!!

INTEGRITY !!!

Read More

Jejak

Selasa, 30 September 2014

"UNTUKMU INDONESIA"

Sumber Gambar : http://www.madaniwallpaper.com/view-republic_of_indonesia_flag-1152x864.html

Dalam 30 tahun terakhir, dunia menyaksikan bangkitnya imperialisme ekonomi yang dilancarkan negara-negara Barat, negara-negara eks kolonialis, lewat apa yang dinamakan globalisasi. IMF, Bank Dunia (World Bank) dan WTO adalah tiga institusi pilar globalisasi.

Mereka membangun sistem korporatokrasi yang berunsurkan korporasi besar, kekuatan politik pemerintah, lingkaran militer, perbankan dan keuangan internasional, media massa dan kelompok intelektual prokemapanan. Unsur-unsur korporatokrasi itu dapat menerobos ke negara-negara bekembang dengan bantuan elite nasionalnya yang bersedia menjadi komprador atau pelayan kepentingan koporatokrasi. Sementara itu Pax Americana yang memimpikan supremasi atau hegemoni Amerika Serikat telah membonceng proses globalisasi itu.

Sayang sekali, pemerintah dewasa ini malah membawa terbang Indonesia ke posisi subordinasi di bawah korporatokrasi internasional itu. Indonesia tidak mungkin memelihara kemerdekaan, kedaulatan, dan kemandiriannya apabila Indonesia tetap menjadi subordinat kepentingan kapitalis dunia.

Sampai kapankah kita mau berada dan menikmati setiap hela nafas rakyat Indonesia di bawah ketiak korporatokrasi internasional itu? Maka jawabannya adalah PEMUDA nya esok kelak, yang akan memindai dan me repair ulah mental-mental komprador yang tak bertanggung jawab dan miskin hati itu. Dan pemuda itu tidaklah lain adalah koloni mahasiswa yang punya daya dobrak dan framing konstruksi pemikiran yang jernih.

Ruang dan waktu ketika menjadi mahasiswa adalah sebuah media pemilihan, pencarian dan pembelajaran yang total terhadap teori atau keyakinan-keyakinan ideologis. Mahasiswa telah memanifestasikan dirinya sebagai gerakan ideologis sekaligus penisbahan terhadap gerakan idealisme visioner.

“Katakanlah : ‘Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya aku pun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapat keberuntungan.”
(Al-An’am : 135)

Dalam gerakan mahasiswa kita mendapatkan potensi-potensi yang dapat dikualifikasikan sebagai modernizing agents. Praduga bahwa dalam kalangan mahasiswa kita semata-mata menemukan transforman sosial berupa label-label penuh amarah, tetapi juga ada kenyataan bahwa dalam gerakan mahasiswa inilah terdapat pahlawan-pahlawan damai yang dalam kegiatan pengabdiannya terutama didorong oleh aspirasi-aspirasi murni dan semangat yang ikhlas.

Dalam kehidupan gerakan mahasiswa terdapat adagium patriotik yang bakal membius semangat juang lebih radikal. Semisal, ungkapan "menentang ketidakadilan dan mengoreksi kepemimpinan yang terbukti korup dan gagal" lebih mengena dalam menggugah semangat juang agar lebih militan dan radikal. Pelbagai cara yang mahasiswa gunakan untuk mendukung dalam melawan kekuasaan, seperti; petisi, unjuk rasa, boikot atau pemogokan, hingga mogok kerja bahkan mogok makan. Dalam konteks perjuangan memakai senjata-senjata yang demikian itu, perjuangan gerakan mahasiswa-jika dibandingkan dengan intelektual profesional-lebih punya keahlian dan efektif, jaringan komunikasi antar mahasiswa lebih aktif (teori snow bowling).

Maka layaklah “Pemuda harus terus bergerak dikampus, berpikir, berdiskusi, merencanakan sampai kepada tahap pelaksanaan suatu ide. Dan semua ini merupakan sarana berlatih bagi seluruh mahasiswa”. “Siapa menanam benih, dialah yang akan menuai hasil”. Semoga para pemuda dan mahasiswa ini dapat memberikan pencerahan bagi INDONESIA yang telah lama menanti perubahan kearah yang lebih baik. Walau tidak terlalu melejit-lejit, namun kita harus berupaya meretas perjuangan, agar hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Insya Allah.

Mari segera berbenah, baik itu dari tataran pemimpinnya untuk membawa ‘singgasana’nya ke bumi. Semoga jalan ini bersih dari kedekilan niat maupun kedekilan cara. Sehingga niat dan pola berpikir dan strategi yang ada didalamnya senantiasa terjaga dari penyimpangan fitrah kepemudaan. Hanya dengan rahmat Allah SWT sajalah perjuangan menata dan merenovasi INDONESIA dari kejumudan yang tidak mashlahat menjadi negeri dengan aroma semerbak wangi nan manis suku bangsanya bisa tercipta.

Terbaharunya kebangkitan suatu bangsa tidak menunggu ketika seluruh masyarakat bangsa itu bangkit dan bergerak tapi 'hanya' menunggu tampilnya sekelompok pemuda yang memiliki kesadaran dan terjaga.

“Di sini madani mulai bercahya
Bangun dan Berdiri Kawan Semua
Marilah mengatur Barisan Kita
Seluruh Pemuda Indonesia”


Kurasa kebangkitan (reviva) tak lama lagi.

Dan orang-orang yang berjuang dalam (urusan) Kami, niscaya Kami akan tunjukan kepada mereka jalan Kami dan sesungguhnya Allah SWT beserta orang orang yang berbuat kebaikan. 
(Al-Ankabut : 69) 


Oleh :
IZHARUDDIN KAMAL, Mahasiswa S1 Pendidikan Teknik Elektro UNJ 2011, Kepala Departemen Sosial Politik BEM FT UNJ 2014. Dapat dihubungi melalui HP & WA : 0898 6225 414
Facebook : Izharuddin Kamal
Twitter     : @izharuddink

Minggu, 21 Juli 2013

SBY Dan Koreksi Sistem


Akhir-akhir ini SBY makin sering bicara koreksi dan perubahan. Hari Kamis, 18 Juli lalu, SBY berkicau melalui akun twitternya mengenai perlunya koreksi dan perubahan. Hari itu Presiden SBY mengicau, “sistem dan tatanan sempurna adalah ilusi.” Sebaliknya, kata Presiden SBY, yang harus kita insyafi bahwa yang abadi adalah koreksi terus-menerus dan perubahan berkelanjutan.

Sebelumnya, tanggal 16 Juli 2013, saat acara buka puasa bersama dengan pimpinan media massa dan wartawan di Istana Negara, Presiden SBY juga bicara koreksi dan perbaikan terkait 15 tahun perjalanan reformasi. Ironisnya, dalam pidato singkatnya itu, SBY menolak koreksi yang sifatnya radikal dan revolusioner. “Tidak perlu kita menunggu era perubahan yang dramatis, radikal, dan revolusioner seperti itu kalau kita sadar tidak pernah ada sistem dan tatanan yang sempurna,” kata SBY.

Dengan bergaya bak filsuf post-modernisme, SBY menampik emansipasi radikal menuju masyarakat sempurna. SBY kemudian menempatkan perjalanan bangsa kita dalam sebuah masyarakat penuh teka-teki, tidak ada kepastian, penuh ketidaksempurnaan. Padahal, para pendiri bangsa kita justru mendirikan Republik ini karena mimpi emansipasi radikal, yakni masyarakat adil dan makmur. Artinya, Presiden SBY menolak sendiri cita-cita berbangsa kita, yakni masyarakat adil dan makmur, yang dikumandangkan saat Proklamasi 17 Agustus 1945. Pancasila sendiri sangat tegas bercita-cita masyarakat berkeadilan sosial. Kemudian di dalam konstitusi kita, khususnya pasal 33 UUD 1945, terpancar kuat cita-cita menuju sosialisme Indonesia.

Persoalan selanjutnya adalah, ketika SBY menolak cita-cita masyarakat ideal itu, lantas apa patokan kita sebagai sebuah bangsa yang bergerak maju ke masyarakat lebih baik? Karena kategori dan patokan masyarakat idealnya kabur, jelas koreksi yang dilakukan pun menjadi tidak jelas. Dengan demikian, koreksi terus-menerus–seperti dikumandangkan oleh Presiden SBY–akan menjadi absurd apabila tidak dipandu oleh cita-cita atau idealisasi masa depan. Ini ibarat berlayar di tengah lautan bebas tanpa tujuan.

Yang bermasalah juga adalah jenis koreksinya. SBY menganjurkan koreksi terus-menerus, tetapi menolak koreksi yang sifatnya radikal atau revolusioner. Padahal, perubahan atau lompatan-lompatan besar dalam sejarah umat manusia adalah selalu merupakan hasil dari perubahan radikal alias revolusi. Masyarakat kapitalistik saja merupakan hasil revolusi besar, seperti Revolusi Perancis (1789),  yang menumbangkan tatanan  masyarakat feodal. Tak hanya itu, lahirnya Republik Indonesia yang merdeka pun hasil dari sebuah revolusi, yakni Revolusi Nasional, yang menumbangkan kekuasaan kolonial.

SBY menolak koreksi yang sifatnya revolusioner. Pertanyaannya: bisakah bangsa ini melakukan emansipasi, baik di lapangan ekonomi, politik, maupun sosial-budaya, tanpa melakukan pemutusan atau penjungkirbalikan terhadap tatanan lama: kolonialisme dan feodalisme. Padahal, tatanan lama tersebut selalu merintangi langkah bangsa ini menuju ke masa depan.

Kita ambil contoh di bidang ekonomi. Kalau sistem ekonomi kita masih dikangkangi kapital kolonialistik, yang menyebabkan sebagian besar sumber daya dan kekayaan alam kita mengalir keluar, bisakah kita bergerak maju membangun ekonomi nasional dan memakmurkan seluruh rakyat. Ini pertanyaan urgen yang mestinya dijawab oleh Presiden SBY.

Nah, kalau SBY menolak perubahan radikal, juga ogah dituntun oleh cita-cita emansipasi radikal, lantas koreksi macam apa yang dikehendaki SBY? Di sini sebetulnya SBY sengaja menciptakan ambiguitas. Di satu sisi, SBY melakonkan dirinya sebagai pendukung perubahan. Tetapi disisi lain juga, dengan menolak perubahan radikal, SBY memposisikan dirinya sebagai sang “perawat” status quo. Kalau mau disederhanakan, SBY ini menghendaki koreksi, tetapi koreksi itu tidak boleh menolak atau mengoreksi sistem. Pendek kata, SBY mau bilang, sistem ekonomi-politik sekarang sudah sangat bagus, tinggal dipersolek dengan perubahan-perubahan kecil. Jadi, sebetulnya yang ditolak SBY adalah kritik fundamental, yakni kritik ekonomi-politik kapitalisme.

Inilah yang janggal dari kicauan SBY. Di satu sisi, ia selalu berseru-seru pentingnya koreksi, tetapi disisi lain pula, ia menolak koreksi mendasar: koreksi ekonomi-politik. Padahal, perdebatan kebangsaan yang bergulir akhir-akhir ini sudah sampai pada kesimpulan: persoalan mendasar bangsa kita berakar pada sistem ekonomi-politik. Sebagian besar saran pun sudah mengarah pada tawaran koreksi sistem ekonomi-politik. Yang harus dikoreksi adalah model pembangunan ekonomi yang makin kapitalistik, yang meletakkan logika kapital, yakni menumpuk keuntungan, di atas pembangunan manusia. Yang seharusnya dikoreksi adalah ketergantungan kita terhadap kapital asing, yang menyebabkan seluruh sektor perekonomian dan setiap jengkal kekayaan alam kita dicaplok dan dikangkangi perusahaan asing. Yang harus dikoreksi adalah sistem ekonomi-politik yang telah menyebabkan  Indonesia sebagai sebuah negeri agraria menjadi negeri pengimpor pangan. Dan, tentu saja, koreksi sistem ekonomi-politik itu membutuhkan Revolusi!

Cerpen: Balsem (BLSM)

 
Sudah lama Suhardi mendengar kabar tentang anggaran kompensasi pencabutan subsidi BBM: Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Tetapi Suhardi sering memplesetkan nama program pemerintah itu menjadi “Balsem”.
Suhardi sendiri seharusnya menjadi salah satu peneriman balsem. Maklum, keluarganya direken oleh BPS sebagai keluarga miskin. Ia dalam posisi sangat dilematis. Di satu sisi, ia sadar bahwa balsem hanya “sogokan” SBY untuk orang miskin. Tetapi di sisi lain, kondisi keluarganya yang terjepit kemiskinan sulit untuk menolak bantuan itu.

Tapi, jangan salah, kendati dikategorikan miskin, Suhardi merasa masih punya martabat. Ia sendiri aktivis sebuah organisasi rakyat miskin. Setiap harinya ia keluar-masuk kampung untuk mengadvokasi orang miskin. “Kalau bukan sesama orang yang saling tolong-menolong, mau mengharapkan bantuan siapa lagi, Bro,” ujarnya.

Suhardi juga sering bekerja serabutan. Semuanya itu demi menyambung hidup keluarganya: seorang istrinya dan dua anaknya. Itupun, katanya, penghasilannya itu belum cukup. “Gara-gara SBY si raja Neolib ini, biaya hidup naik terus. Makin enggak terjangkau sama orang miskin,” katanya.

Sore itu, Senin minggu lalu, saya menyambangi kontrakannya. Di kamar yang ukurannya tak lebih luas dari kontrakanku semasa kuliah dulu, Suhardi dan tiga anggota keluarganya berteduh dari panas dan hujan. Tetapi tinggal di kontrakan pun sebuah perjuangan berat bagi Suhardi. Tak jarang, karena tak punya uang, ia harus tabah dengan omelan pemilik kontarakan yang menagih uang sewa.

Suhardi ingin sekali punya pekerjaan tetap, yang memberinya upah yang layak. Tapi, apa daya, ia hanya tamatan SD. Di Jakarta, Sarjana saja banyak yang menganggur. Karena pengalaman itulah, Suhardi tak mau anaknya bernasib sama seperti dirinya. Dua anaknya pun disekolahkan. Dan kata “pusing” paling sering dihamburkan dari mulutnya tatkala kedua anaknya itu meminta uang pembayaran.

Kondisi itu benar-benar membuat nasib Suhardi terjepit. Kondisi “terjepit” itulah yang membuat banyak orang miskin tak kuasa menolak sogokan balsem. Hal ini mengingatkan kita dengan ucapan seorang sosialis Belgia, Hendrik De Man, yang bilang: sebuah kebun kecil mungil di halaman sebuah buruh adalah lebih berharga dari sorakan sosialisme dan anti-kapitalisme.

Tetapi Djunadi justru berbeda. Manusia yang ‘terdidik’ oleh organisasi ini sadar bahwa balsem hanya sogokan rezim SBY. Ia juga tahu, bahwa balsem didanai dengan utang luar negeri. Dia juga sadar, bahwa balsem tidak akan sanggup mengobati kemiskinan. “Ini hanya obat penghilang nyeri sesaat, Bung. Ya, hanya untuk mengurangi efek nyeri yang dirasakan oleh orang miskin akibat kenaikan harga BBM,” katanya.

“Tetangga-tetangga pada berebut tuh. Mumpung ada yang mau ngasih duit, katanya,” kata Sohima, istri Suhardi. “Lumayan buat nambah-nambah uang belanja dapur,” tambahnya.
“Tetapi itu kan sementara, Bu, cuma empat bulan. Nilainya juga sangat kecil. Itu mah hanya cukup beli cabe rawit merah sekilo,” kata Djunaidi membantah.
“Iya, tapi ibarat yang yang sudah nyaris tenggelam. Air sudah seleher. Ya, memegang ranting kecil pun bakal dilakukan, supaya tetap ada peluang bertahan hidup,” kata Sohima membela pendapatnya.

Aku yang sedari tadi menyaksikan perdebatan suami-istri pun angkat bicara. Kubilang begini: “Diambil nggak apa-apa. Asalkan sogokan itu tidak mengubah pendirian kita. Yakni menolak kenaikan BBM. Anggap saja ini langkah taktis.”
“Betul itu, Mas,” Sohima langsung mendukung pendapatku.

Kulihat dahi Suhardi mengkerut. Baginya, menerima balsem sama dengan berkompromi. Dan, berkompromi dengan musuh adalah sebuah kejahatan politik. Itu sama dengan tidak setia pada prinsip. Oportunisme!.

Tidak tega melihat Suhardi terkurung dalam perdebatan dalam pikirannya, saya pun mengatakan, “sebetulnya, belajar dari pengalaman BLT dulu, di sini juga kita bisa membangun perlawanan.”
“Kok bisa, Bung, bagaimana ceritanya?” tanya Suhardi.

“Ada tiga kelemahan mendasar BLSM. Satu, cakupannya sangat terbatas, yakni cuma 15,5 juta rumah tangga miskin. Padahal jumlah rumah tangga miskin lebih dari itu. Dua, anggarannya terlalu kecil. Tak sebanding dengan penderitaan orang miskin akibat kenaikan harga BBM. Tiga, BLSM ini hanya sementara, yakni 4 bulan. Sementara penderitaan orang miskin akan terus berlanjut,” kataku.

“Tambah satu lagi, Bung,” kata Suhardi bersemangat. “Yaitu: proses pendistribusiannya selalu bermasalah. Banyak disunat oleh petugas dan aparat di tingkat bawah,” ujarnya.
“Nah, kita masuk dari keempat kelemahan itu. Bangunlah posko untuk menampung ketidakpuasan orang miskin atas keempat kelemahan itu. Kita dorong mereka menuntut agar kuota penerima BLSM ditambah, anggarannya dinaikkan, sifatnya dipermanenkan, dan ada kontrol atas pendistribusian BLSM,” kataku lagi.

Kulihat Suhardi belum begitu puas. Kesan saya, ia masih menyimpan banyak pertanyaan di pikirannya. Maka, segera kusampaikan begini ke dia: “Bagaimanapun, orang miskin tetap harus diyakinkan, bahwa BLSM tidak akan bisa menjadi obat atas kemiskinan mereka.”
Saya pun mengutip perkataan Hugo Chavez, Presiden Venezuela yang revolusioner itu, bahwa  “bila kita hendak mengentaskan kemiskinan, kita harus berikan kekuasaan, pengetahuan, tanah, kredit, teknologi, dan organisasi pada si miskin.”

Dan, tiba-tiba suara bedug ditabuh menginterupsi diskusi itu. “Wah, sudah waktunya buka puasa, Bung,” kata Suhardi. Dengan sigap ia menyodorkan segelas es buah dan sepiring gorengan ke saya. “Inilah menu terbaik bagi orang miskin, Bung,” kata pria berbadan ceking itu.

Andi Nursal, Alumnus Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin.

Kamis, 07 Juni 2012

Download Key Kaspersky KIS KAV 2012 2011 2010 - 3 Juni 2012 Terbaru Gratis

[UPDATE 3 Juni 2012] Assalamu'alaikum, udah lama juga ane kaga update lagi key kaspersky, tanpa basa basi lagi, nih ane share lagi key kaspersky terbaru KIS KAV update per tanggal 3 Juni 2012, silahkan didownload linknya dibawah, tinggal seruput [gratis].
Semoga Bermanfaat,
  • Sedikit Penjelasan 
Kaspersky adalah antivirus terbaik yang dapat menjaga komputer pribadi anda dari segala ancaman virus lokal maupun luar. Kaspersky bekerja dengan sangat cepat dan ringan dalam menangani virus-virus yang sering membahayakan file-file penting kita. Dengan Antivirus ini pun, anda menjadi merasa lebih nyaman saat melakukan browsing internet.
Namun, Kaspersky merupakan antivirus berbayar yang mengharuskan anda mengeluarkan cukup uang untuk mendapatkan serial number atau license keynya agar Kaspersky anda menjadi versi FULL bukan versi Trial 30 hari. Nah, disini saya akan memberikan License Key Untuk Kaspersky All Version secara gratis dan selalu akan diupdate secara reguler dengan key-key yang terbaru bila key yang lama sudah di blokir oleh Kaspersky Lab.

Di bawah postingan ini silahkan download Kaspersky All Version key per tanggal 18 Mei 2012. Untuk mendownload Key Antivirus KIS KAV versi terbaru, silahkan tinggal seruput gan :

Isi Key/Lisensi Kaspersky KIS KAV :

  • Kaspersky KIS 2007, 2009, 2010, 2011, 2012
  • Kaspersky KAV 2012, 2011, 2010, 2009, 2007

Download Key Kaspersky KIS KAV 2011 - Update 3 Juni 2012
Password : izkam.blogspot.com
Ditunggu Komentarnya nih sob, bekerja apa ngga ni keynya ? [tolong komen ya sob].., Klo sudah diblacklist lagi/diblok, tinggalkan komentar saja sob atau kirim email ke ane di : moslemware@gmail.com atau follow twitter ane aja gan, insya allah keynya akan ane update lagi secara berkala, tolong diingatkan ya...
OK..